Bagaimana Jurnalis Menulis

Tuesday 11 November 2008


Profesi jurnalis tidak ubahnya dengan pekerjaan lainnya. Seorang karyawan bank menghabiskan waktunya untuk mengurusi uang nasabah, mengembangkannya, atau mengucurkannya kembali dalam berbagai bentuk pinjaman. Caranya juga berbeda-beda tergantung dari kebijakan bank masing-masing. Tapi, intinya bagaimana uang yang ada itu bisa mengalir dengan sebanyak-banyaknya. Profesi lain, seperti dokter juga spesifik. Punya bidang-bidang tersendiri. Bahkan mereka juga terkadang berbeda dalam memberi tindakan diagnosa. Tujuannya tetap sama, yakni mengatasi berbagai keluhan dari kliennya, bisa saja itu hanya sekedar memberikan resep obat, atau menjelaskan lebih jauh hal-hal yang menjadi pantangan si pasien sehingga ia bisa sembuh.

Di media, ujung tanduknya berada di tangan jurnalis, atau lebih akrab disebut wartawan. Mereka menentukan isi dan juga publikasi tulisan yang dimiliki. Pengaruhnya adalah membentuk berbagai opini di masyarakat. Tentu saja implikasinya terkadang menimbulkan pro kontra. Tapi, bagaimana pun seorang jurnalis tetap harus mengedepankan azaz-azaz yang harus dipegang dari setiap tulisan yang dimuat. Anda mungkin mengenal kode etik jurnalis, sebagai salah satu acuan yang harus dimiliki seorang wartawan. Lalu apakah setiap wartawan sering menyimpang? Tergantung, dan tidak jarang.

Menurut Anda bagaimana sebetulnya profesi jurnalis itu? Apakah ia pekerjaan yang susah? Saya tidak akan memperpanjang mukadimah untuk memecahkan pertanyaan itu. Tapi, satu hal sebagaimana profesi banker atau dokter tadi, mereka memiliki kemampuan di bidang mereka sehingga bisa menyelesaikan sesuatu. Salah satu kunci menjadi seorang wartawan adalah kemampuan dalam menulis. Sekedar bisa menulis tentu tidaklah cukup. Tapi, harus mampu menulis yang baik dan benar. Anda baru akan bisa memulainya jika mengetahui dan sekaligus paham dasar-dasar menulis yang baik dan benar itu.

Kita mungkin sering bertanya bagaimana menulis yang baik dan benar? Setiap orang punya pandangan masing-masing, termasuk Anda. Tapi, secara umum ada beberapa garis besar sehingga sebuah tulisan layak dibilang baik, atau mungkin mendekati benar. Menulis yang baik itu bisa digambarkan dalam dua kategori umum. Syarat pertama adalah baik dari segi penulisan, tata bahasa, dan juga penempatan kalimat. Sebuah berita yang ditulis dengan sistematika yang teratur, biasanya memiliki 'magnet' yang kuat, sehingga pembaca dibuat betah. Bahkan merelakan waktunya untuk menuntaskan isi berita yang ditulis. Rumusan itu berlaku untuk semua jenis tulisan. Tidak hanya tulisan untuk berita langsung (stright news), tapi juga jenis tulisan lainnya, seperti feature. Sekarang Anda harus memiliki magnetnya dulu. Syarat kedua adalah baik dari segi keakuratan data, baik yang diperoleh melalui informan, pantauan, atau keterangan-keterangan sebagai penunjang.Tulisan yang mengedepankan tata bahasa dan sistematika yang baik biasanya seperti ini:

Pertama, belajarlah untuk selalu menulis dengan mengedepankan tata bahasa yang baik. Rumusan ini sudah Anda pelajari dari bangku sekolah dasar dulu. Gunakan Subjek+Predikat+Objek. Semisal: Guru Memukul Siswa. Subjek tulisan harus jelas. Begitu pun dengan predikat objeknya.

Kedua, di media Anda mungkin sudah sering mendengar 5W+1H (what, where, when, who, why+how). Semisal: ketika anda ingin menulis sebuah berita kejadian kebakaran di salah satu tempat. Anda sudah memiliki gambaran seperti apa tulisan yang akan dimuat. Rumus di atas sudah cukup untuk menuntaskan semua persoalan yang ditulis. Tapi, semua baru bisa Anda jawab setelah berada di lapangan, atau dari sumber-sumber terpercaya yang memberikan report kepada Anda. Kembali ke topik berita kebakaran tadi. Pertanyaan pertama adalah what atau apa? Di pikiran seorang jurnalis, dia akan langsung menjawab kebakaran. Memang sedang terjadi kebakaran di salah satu tempat. Lalu Anda akan beranjak ke persoalan where atau di mana? Jawabannya tentulah lokasi kebakaran itu. Jika kebakaran itu terjadi di Pasar Mambo, Kota Mati. Maka, tulis seperti itu. Cobalah untuk menulis kondisi yang sebenarnya.

Kemudian kita beralih ke persoalan when atau kapan. Kejadian kebakaran di Pasar Mambo baru akan tergambar bila waktu kejadiannya jelas. Semisal di Pasar Mambo pukul 11.oo Wib kemarin. Beberapa media juga lebih sering menuliskan tanggal, contoh: (19/10). Menandakan kejadian yang berlangsung tanggal 19 bulan 10. Setelah itu, Anda bisa beranjak untuk mencari jawaban who atau siapa. Saat sedang menjalankan liputan, biasanya seorang jurnalis juga sudah memiliki jawaban siapa. Bila kita urutkan dari contoh di atas, maka hasilnya lebih kurang seperti ini: Kebakaran yang terjadi di Pasar Mambo, Kota Baru sekitar pukul 11.00 Wib kemarin menghanguskan 500 rumah warga. Bagaimana? Ampuh juga kan rumus 5W+1H? Itu belum termasuk bila Anda mengupas lebih jauh.

Si jurnalis yang kini sedang melakukan report juga bisa mendalami berita yang dibuatnya dengan mengupas lebih jauh rumus why atau mengapa. Di sinilah Anda dituntut mencari informasi sedalam-dalamnya untuk menguatkan isi tulisan atau berita yang Anda buat. Lebih banyak sumber yang memberikan informasi, berita yang Anda peroleh akan lebih akurat. Jangan lupa, bahwa pembaca yang sedang melihat tulisan Anda besok harinya akan memberikan Anda reward karena upaya Anda untuk memberikan penjelasan detil kejadian kebakaran yang terjadi di Pasar Mambo, Kota Baru pukul 11.oo Wib itu.

Jika di lapangan diperoleh informasi kejadian kebakaran yang berlangsung di Pasar Mambo, Kota Baru terjadi akibat hubungan arus pendek di rumah Bedul, salah seorang warga di RT 01, maka Anda bisa tulis seperti itu. Tergantung seperti apa kondisi yang Anda peroleh di lapangan atau dalam report yang diterima. Saya menganjurkan untuk menulis dengan memperdalam pembahasan why. Sebab, ini akan sekaligus menguatkan kualitas dari berita yang bakal Anda tulis. Biasanya menulis dengan membahas persoalannya juga memperpanjang isi tulisan Anda. he..he..

Terakhir adalah pembahasan rumus how atau bagaiamana. Dalam sebuah berita, rumus 5W+1H tidaklah selalu menghendaki lengkap secara keseluruhan. Adakalanya sebuah tulisan hanya memuat 4 W, seperti what, where, when, why, tanpa menyertakan who. Tapi, saya tidak menyarankan itu. Sebab, akan berdampak pada rasa penasaran pembaca.

Cobalah untuk melengkapi berita Anda dengan menyimpulkannya dengan bagaimana. Kebakaran yang terjadi di Pasar Mambo, Kota Mati itu bisa Anda lukiskan kondisinya. Semisal: Kebakaran besar yang terjadi di Pasar Mambo, Kota Baru pukul 11.00 Wib kemarin berlangsung cepat. Dalam waktu setengah jam, setidaknya 200 rumah sudah terbakar. Petugas yang datang satu jam kemudian hanya mampu menyelamatkan beberapa rumah saja. Api merembet kemana-mana, sehingga banyak warga kesulitan untuk mengungsikan harta benda mereka. Bagaimana menurut Anda? Pertanyaan how sepertinya sudah bisa Anda jawab sendiri dari ringkasan tulisan di atas. Sekali lagi, rumus 5W+1H tetaplah rumus yang ampuh untuk menuliskan sebuah berita yang baik. Anda juga pasti tahu 5W+1H sangat pas untuk tulisan, seperti stright news (berita langsung).

Ketiga, belajarlah untuk selalu menulis berita secara sistematis. Biasanya, untuk penulisan berita report atau stright news selalu mengedepankan permasalahan utamanya terlebih dahulu baru kemudian menjabarkan hal-hal lain. Sistematis juga berarti bahwa berita yang ditulis juga memiliki runtut yang teratur. Ketika membaca penggalan kejadian kebakaran di Pasar Baru, maka persoalan utamanya adalah kebakaran itu sendiri baru kemudian diikuti dengan lokasinya, waktunya, kondisinya, dan yang lain. Yang perlu Anda ingat adalah jangan pernah menulis dengan mengulang-ngulang kalimat di paragraph awal. Sebab, itu bisa memancing rasa bosan pembaca. Tulislah report yang mengikuti akhir dari paragraph sebelumnya.

Semisal, penggalan berita di atas adalah paragraph pertama. Anda mungkin menuliskan lanjutan beritanya seperti ini: Beberapa warga yang ditemui sempat histeris. Mereka diliputi kecemasan karena melihat tempat tinggal mereka yang hanya tinggal puing. Laporan dari petugas menjelaskan bahwa kebakaran di Pasar Mambo Kota Baru merupakan yang terbesar sejak kota itu berdiri 1951. Kerugian materil yang ditimbulkan ditaksir mencapai Rp 50 miliar.

*Sekarang yang Anda harus pahami adalah bagaimana menulis dengan benar. Benar dalam artian menjelaskan kondisi yang sebenarnya melalui data-data dan informasi yang akurat. Anda tidak akan memperoleh tulisan yang "benar" bila Anda memperoleh sumber yang tidak layak dipercaya. Apalagi data yang diperoleh meragukan. Saya menyarankan untuk menghentikan tulisan Anda bila sudah berhadapan dengan persoalan itu. Beranjaklah ke persoalan lain yang Anda yakin sumber dan data yang diperoleh layak dipercaya atau akurat.

Jika sudah yakin dengan sumber dan data yang diperoleh. Mulailah menulis dengan mengutip data dari sumber atau informasi yang diterima. Jika berita itu berdasarkan hasil pantauan Anda sendiri, maka tulislah sesuai apa yang Anda lihat. Itu akan lebih baik, karena Anda mengetahui langsung kondisi yang terjadi. Jika kebakaran di Pasar Mambo, Kota Baru adalah keterangan dari seseorang yang layak Anda percayai maka tulislah sumbernya. Semisal, sumber itu dari aparat yang berwajib. Anda bisa mengutip keterangannya. Ingat! keterangan yang mereka berikan bisa memberikan Anda perlindungan jika suatu waktu informasi itu ternyata tidak benar.

Hal kedua yang perlu Anda lakukan adalah melakukan cross-check. Sumber tidak cukup satu. Anda harus mencari data lain yang bisa menguatkan tulisan yang anda muat. Seandainya Anda tidak bisa meliput langsung kejadian kebakaran di Pasar Mambo, maka Anda harus mencari tahu keterangan lain. Bisa jadi dari aparat pemerintahan di sana, warga, atau yang lain. Intinya, Anda tidak cukup satu informasi saja untuk memuat sebuah report yang "benar".

Hal yang lebih terpenting adalah berusahalah untuk menulis berimbang. Dalam kasus-kasus tertentu ini sangat-sangat penting. Jika tulisan yang ingin Anda muat menyangkut kasus korupsi salah seorang pejabat, maka Anda tidak hanya cukup berdasarkan keterangan pelapor, atau aparat saja. Berusahalah untuk memintai keterangan dari pihak yang diduga koruptor tersebut. Apa pun yang ia katakan, maka Anda harus menulis seperti itu. Jika dia membantah, tulislah membantah. Langkah ini akan semakin menguatkan kredibiltas Anda sebagai seorang jurnalis. Ingat lagi! jurnalis bukan hakim. Jadi, jangan sekali-kali untuk menjustifikasi seseorang itu bersalah atau tidak, kecuali telah ada keputusan hukum tetap. (*)
-----